Sesungguhnya fitrah manusia akan senang ketika orang lain memuji dirinya, dan akan merasa kecewa atau marah jika orang lain menghina dirinya. kondisi tersebut menandakan bahwa kekuatan jiwa masih lemah, karena masih terpengaruh oleh keadaan sekitar atau mungkin manusia itu merasa memiliki harga diri dan ingin dihargai oleh manusia yang lainnya padahal belum tentu memiliki harga dihadapan sang maha pencipta.
Seharusnya kita mengetahui bahwa manusia hidup di dunia ini tidak memiliki apa-apa dan segala yang mereka miliki hanyalah titipan dari sang maha pencipta yang sewaktu-waktu titipan tersebut akan diambil oleh pemiliknya. seperti halnya harta yang selama ini mereka cari mati-matian yang membuat dirinya terlena akan kehidupan akhirat, atau istri yang selama hidupnya paling ia cintai kemudian setelah mati nanti akan dinikahi dan dimiliki orang lain, begitu pula rumah yang ia bangun megah selama di dunia ini ketika ia meninggal akan di tempati oleh orang lain. Kecuali tiga hal yang akan kekal bersamanya, yaitu amal shaleh, harta yang ia sedekahkan, dan anak shaleh.
Perlu kita ketahui bahwa sesungguhnya dunia ini bagaikan penjara bagi orang mukmin dan surga bagi mereka yang kafir. Banyak sekali ibarat-ibarat yang telah Rasulullah saw berikan kepada kita akan bahayanya keterlenaan cinta terhadap dunia yang fana ini. Dan salah satu riwayatnya adalah sebagai berikut:
sebagaimana salah satu riwayat dari rasulullah saw tentang bahaya tipudaya dunia terhadap manusia beliau ibaratkan sebagai sesuatu yang sangat menggiurkan tapi sangat membahayakan, bersabda Rasulullah saw: "dunia itu bagaikan ular, lembek, lembut, dan indah tapi berbahaya”. yang mana orang bodoh ketika dihadapkan dengan hal-hal yang besifat duniawi akan cenderung antusias untuk memilikinya akan tetapi orang mengetahuinya akan menghindarinya.
Perlu kita ketahui bersama apabila manusia selama hidup di dunia yang fana ini hanya memikirkan kehidupan di dunia saja tanpa memikiran kehidupan yang abadi di akhirat nanti, maka akan termasuk kedalam kategori orang yang merugi bahkan harga kehidupannya sangatlah rendah di sisi Allah swt, Rasulullah saw bersabda: “Barang siapa yang dalam hidupnya hanya memikirkan isi perut dan yang ada di bawah perutnya, maka harga dirinya sama seperti yang keluar dari perut dan bawah perutnya”.
Akan tetapi Kebanyakan orang salah dalam mengartikan tentang sabda Rasulullah saw tentang menghindari kecintaan dunia ini. Memikirkan kehidupan akhirat dan melepaskan kesenangan dunia yang fana ini bukan berarti kita diharuskan hidup dalam kondisi miskin atau melarat, melainkan maknanya adalah beliau saw menganjurkan kita sebisa mungkin harus memiliki kekayaan yang bersifat duniawi tapi tidak terikat olehnya.
Dengan kita memiliki kekayaan yang dibarengi dengan keilmuan untuk mengelolanya, akan sangat bagus dibandingkan hidup miskin dan melarat. Memang betul menjadi orang miskin itu bagus karena orang miskin akan dapat ketenangan dalam menjalani kehidupannya tanpa akan takut kehilangan hartanya dicuri atau jiwanya merasa terancam, akan tetapi menjadi orang kaya yang kokoh dengan pondasi keilmuan dan qonaah yang kuatlah lebih bagus lagi dari pada menjadi orang yang miskin.
0 on: "Mengejar Akhirat Bukan Berarti Melalaikan Dunia."