Setelah sepeninggal sang ayah, Rasulullah Saw. Kini babak baru kehidupan bunda sayyidah Fathimah As sudah dimulai, hari-hari yang
begitu berat terasa, tanpa sandaran, tanpa pegangan..
Ummul mukminin melangkahkan kakinya gontai, ketegarannya
menunjukkan bahwa dialah wanita hebat pemimpin wanita surga.
Wahai Rasul, bersamamu pergi pula cahaya dunia, bunga-bunganya
melayu setelah berkembang di kehadiranmu. aku akan terus berduka bagimu hingga
kita dipersatukan kembali. Wahai ayah, kelelapan telah meninggalkanku, sejak
kita dipisahkan. Wahai Rasul, siapa yang tersisa sebagai penolong bagi para
janda dan anak yatim? Siapakah yang kami miliki bagi umat hingga hari
kebangkitan?
Begitu lirih sang bunda, betapa berat penderitaan yang menimpanya
setelah tiada sang ayah Saw disampingnya… salam bagimu duhai cahaya bani Hasyim…
pelita bagi semesta alam.
Ketika langkah politik gagal, protes bisu pun dimulai.. protes
diamnya Fathimah, tanda ketidakridhoannya terhadap kedzaliman yang menimpa
keluarga suci itu. Hari demi hari Sayyidah Fathimah
menangis karena rindu yang mendalam kepada ayahanda, sehingga dibuatlah rumah
duka untuk Aqilah.
Sekali waktu, sayyidah Zahra As merindukan suara adzan yang diserukan
oleh Bilal. Bilal telah bersumpah tidak akan lagi mengumandangkan adzan setelah
wafatnya Nabi. Walau demikian, demi menghormati permintaan sayyidah Fathimah, dia
memutuskan untuk melakukannya. Namun, saat Bilal menyerukan, :Allohu akhbar,
Sayyidah fathimah pun terkenang masa ayahnya SAW dan mulai menangis. Ketika bilal menyerukan,
:Asyhaduanna Muhammada Rosulullah. Sayyidah Fathimah menghirup nafas panjang dan beliaupun jatuh
pingsan. Ketika Sayyidah fathimah terjatuh, orang-orang meminta bilal menghentikan
adzannya. Mereka berkata,"Wahai Bilal, hentikanlah!!, lihatlah jiwa putri Rasul sudah terbebas dari Dunia". bahkan Mereka ada yang beranggapan bahwa Sayyidah Fathimah telah wafat. Tapi apa yang terjadi,
bunda Sayyidah Fatimah Zahra As pun terbangun dan meminta Bilal untuk meneruskan adzannya. Namun, Bilal
pun tak kuasa melihat kejadian yang menimpa beliau As. Bilal pun berkata,"Wahai Pemimpin para wanita, aku sungguh malu padamu saat engkau tak kuasa mendengarkan lantunan adzanku, maka aku mohon maaf ". Permintaan yang kedua ini
Bilal pun menolaknya.
salam Bagimu wahai Putri Kesayangan Rasul
salam bagimu wahai pemimpin para wanita seluruh alam.
salam bagimu, ya sayyidatuna Fatimah Azzahra.
0 on: "Kisah Sayyidah Fathimah Zahra As Merindukan Suara Adzan Bilal, Setelah wafatnya Rasulullah Saw."