SLIDE1

Blogger templates

Kamis, 12 Januari 2017

Jika Berlogika Selalu Benar, Lalu Mengapa Masih Banyak Orang Yang Salah Ketika Berpikir?

- Tidak ada komentar

Berlogika adalah fitrah dan bawaan manusia sejak lahir, karena berpikir adalah salah satu esensi manusia yang tidak dapat terpisahkan. berpikirlah yang membedakan manusia dengan ciptaan Tuhan YME lainnya.

Kita telah membahas bahwa ilmu logika tidak membuat manusia untuk berpikir. tentu tidak, ilmu logika hanya mengajarkan manusia berpikir dengan cara yang benar. karena di dalam ilmu logika terdapat kadiah umum tentang tata cara berpikir dengan benar dan tepat. Bagi yang belum mengetahui apa itu logika, dapat membaca postingan sebelumnya yaitu Mengenal Pengertian Logika. dan bagi yang belum mengetahui manfaat mempelajari ilmu dalam logika, silahkan baca Apa Manfaat Mempelajari Ilmu Logika.

 Lalu, Apakah Kita akan selalu berpikir dengan benar setelah mempelajari ilmu logika?

jawabannya adalah, TIDAK!

mengapa? memang benar jika Logika mengajarkan kita tata cara berpikir dengan benar. akan tetapi, tidak menjamin kita untuk selalu berpikir benar.

mengapa? apakah ilmu logikanya salah?

kesalahannya bukan berada di ilmu logika, akan tetapi kesalahannya tergantung di induvidu atau orang yang mempelajari logika tersebut.

bukan hanya itu saja, bukankah banyak orang yang mempelajari matematika, tetapi masih sering salah dalam berhitung dan menerapkan rumus-rumusnya?. bukankah banyak orang yang belajar belajar bahasa Inggris tetapi masih salah ketika berbiara?.

sama halnya dengan ilmu logika, Ada beberapa sebab dimana seseorang masih terkadang salah dalam berpikir, meskipun ia telah mempelajari logika. sebab-sebab tersebut diantaranya :

1. salah dalam menerapkan kaidah ilmu logika ke objek kehidupan sehari-hari.
2. atau kita belum mahir atau pakar dalam berlogika, dan sering lupa kadiah logika.
3. atau kasus yang ingin selesaikan tidak sesuai dengan kadiah logika yang kita keterapkan.

dan masih banyak sebab yang lain.

kesimpulannya adalah, kesalahan berpikir yang kita lakukan adalah kesalahan kita dalam menerapkan kaidah logika ke kehidupan sehari-hari.

semoga bermanfaat.









Rabu, 11 Januari 2017

Kisah Sayyidah Fathimah Zahra As Merindukan Suara Adzan Bilal, Setelah wafatnya Rasulullah Saw.

- Tidak ada komentar









Setelah sepeninggal sang ayah, Rasulullah Saw. Kini babak baru kehidupan bunda sayyidah Fathimah As sudah dimulai, hari-hari yang begitu berat terasa, tanpa sandaran, tanpa pegangan..


Ummul mukminin melangkahkan kakinya gontai, ketegarannya menunjukkan bahwa dialah wanita hebat pemimpin wanita surga.


Wahai Rasul, bersamamu pergi pula cahaya dunia, bunga-bunganya melayu setelah berkembang di kehadiranmu. aku akan terus berduka bagimu hingga kita dipersatukan kembali. Wahai ayah, kelelapan telah meninggalkanku, sejak kita dipisahkan. Wahai Rasul, siapa yang tersisa sebagai penolong bagi para janda dan anak yatim? Siapakah yang kami miliki bagi umat hingga hari kebangkitan?


Begitu lirih sang bunda, betapa berat penderitaan yang menimpanya setelah tiada sang ayah Saw disampingnya… salam bagimu duhai cahaya bani Hasyim… pelita bagi semesta alam.


Ketika langkah politik gagal, protes bisu pun dimulai.. protes diamnya Fathimah, tanda ketidakridhoannya terhadap kedzaliman yang menimpa keluarga suci itu. Hari demi hari Sayyidah Fathimah menangis karena rindu yang mendalam kepada ayahanda, sehingga dibuatlah rumah duka untuk Aqilah.

Sekali waktu, sayyidah Zahra As merindukan suara adzan yang diserukan oleh Bilal. Bilal telah bersumpah tidak akan lagi mengumandangkan adzan setelah wafatnya Nabi. Walau demikian, demi menghormati permintaan sayyidah Fathimah, dia memutuskan untuk melakukannya. Namun, saat Bilal menyerukan, :Allohu akhbar, Sayyidah fathimah pun  terkenang masa ayahnya SAW dan mulai menangis. Ketika bilal menyerukan, :Asyhaduanna Muhammada Rosulullah. Sayyidah Fathimah menghirup nafas panjang dan beliaupun jatuh pingsan. Ketika Sayyidah fathimah terjatuh, orang-orang meminta bilal menghentikan adzannya. Mereka berkata,"Wahai Bilal, hentikanlah!!, lihatlah jiwa putri Rasul sudah terbebas dari Dunia". bahkan Mereka ada yang beranggapan bahwa Sayyidah  Fathimah telah wafat. Tapi apa yang terjadi, bunda Sayyidah Fatimah Zahra As pun terbangun dan meminta Bilal untuk meneruskan adzannya. Namun, Bilal pun tak kuasa melihat kejadian yang menimpa beliau As. Bilal pun berkata,"Wahai Pemimpin para wanita, aku sungguh malu padamu saat engkau tak kuasa mendengarkan lantunan adzanku, maka aku mohon maaf ".  Permintaan yang kedua ini Bilal pun menolaknya.


salam Bagimu wahai Putri Kesayangan Rasul
salam bagimu wahai pemimpin para wanita seluruh alam.
salam bagimu, ya sayyidatuna Fatimah Azzahra.





Selasa, 10 Januari 2017

Hikmah Ahlul Bait : Apa Yang Dimaksud Dengan Maksum? (bagian 1)

- Tidak ada komentar

Manusia selalu tidak lepas dari kesalahan, besar maupun kecil, disadari maupun tanpa disengaja. Apalagi jika hawa nafsu mendominasi jiwanya. 

Kita pasti pernah mendengar hadis yang berbunyi bahwa didalam manusia ada dua jenis kekuatan, potensi akal dan hawa nafsu. Barangsiapa yang mendahulukan ketaatan atau akalnya, maka kedudukannya lebih tinggi dari malaikat. namun sebaliknya, jika hawa nafsu yang didahulukan maka ia lebih rendah daripada syaitan.

Namun terdapat beberapa insan manusia yang dipercaya terbebas dari perbuatan salah dan dosa. sifat maksum ini biasanya disematkan kepada para  Nabi As atau Imam.

Kata maksum ( dalam bahasa arab berasal dari mashdar : العصمة ) bermakna terhalang. Sedangkan secara istilah para ahli teologi, maksum adalah keistimewaan dari Tuhan Swt kepada seseorang dan ia selalu senantiasa terhalang dari perbuatan dosa. Dengan makna lain, tak ada satupun potensi yang menyebabkan seseorang tersebut untuk melakukan dosa meskipun mereka mampu.

Sebagian ahli kalam bependapat bahwa kemaksuman adalah hadiah Tuhan untuk seseorang dan Dia SWT menciptakan mereka dalam keadaan bersih dari noda dosa.

Sebagian yang lain berpendapat bahwa kemaksuman merupakan keistimewaan dari Tuhan Swt yang diperuntukkan untuk insan tertentu meskipun ia memiliki potensi untuk melakukan dosa, akan tetapi ia tak pernah terbesit sedikitpun untuk melakukannya.

Dari sini kita dapat mengambil benang merah, bahwa maksum adalah sesuatu yang telah mengakar dalam jiwa seseorang, yang membuatnya terhalang untuk melakukan dosa ataupun maksiat. 

Ketakwaan seseorang yang maksum kepada Tuhan Swt lebih tinggi dari manusia biasa. mereka senantiasa taat secara mutlak, tidak pernah melakukan kesalahan dan perbuatan yang jelek. bahkan, mereka tak berpikir untuk melakukan perbuatan yang melenceng dari ketaatan dan maksiat.

sebagai contoh, Dalam beberapa madzhab dalam Islam mempercayai bahwa Rasulullah Saw adalah seseorang yang maksum.

waalahu'alam.


















































Kamis, 05 Januari 2017

Apakah Tuhan Mempunyai Tujuan Ketika Menciptakan Manusia?

- Tidak ada komentar


Tak pernahkan sedikitpun terdetik pertanyaan didalam benak kita, tentang bagaimana kita lahir, dan mati?


Lalu apa tujuan Tuhan menciptakan kita ke dunia ini?, apakah hanya sebuah permainan?, ataukah ada sebuah alasan dan hikmah yang Tuhan Lakukan?


Tuhan, dengan segala keangungan-Nya, Dialah yang Awal dan yang Akhir, Dialah yang Esa, satu-satunya, tidak ada yang ke dua, ke tiga, dan seterusnya. Dia tidak mempunyai Sekutu, dan Juga tidak beranak dan diperanakkan. Dialah kreator semua keteraturan alam semesta ini.

Tak terkecuali dengan manusia, kita adalah bagian dari maha karya Tuhan. Tuhan menciptakan manusia dari setetes air yang hina (mani), dari sebuah sel, kemudian menjadi daging, tulang, dan segala sistem yang rumit dalam organ manusia. Manusia adalah salah satu bukti bagaimana kita membuktikan keagungan tuhan.


Salah satu pertanyaan yang selalu muncul dalam benak kita adalah, Apakah tujuan Tuhan untuk menciptakan manusia??




Para ahli kalam (akidah) telah mengkaji pertanyaan tersebut dan mempunyai jawaban yang sangat beragam. Bahkan banyak buku yang telah disusun. Disini kita akan mengambil beberapa jawaban saja.



Pada kelompok tertentu, ada yang beranggapan bahwa Tuhan tidak membutuhkan Tujuan dalam semua PebuatanNya. alasannya adalah bagaimana Tuhan membutuhkan tujuan sedangkan Tuhan tidak membutuhkan apapun.


Namun, kelompok yang lain berargumentasi bahwa Tuhan mempunyai Tujuan dalam semua perbuatannya, khususnya ketika menciptakan manusia. diantaranya ada di dalam Alquran, Allah SWT berfirman:



أَفَحَسِبْتُمْ أَنَّمَا خَلَقْنَاكُمْ عَبَثًا وَأَنَّكُمْ إِلَيْنَا لَا تُرْجَعُونَ


Artinya:

"Maka apakah kamu mengira, bahwa sesungguhnya Kami menciptakan kamu secara main-main (saja), dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepada Kami?


Ayat diatas menunjukkan bahwa, kita jangan mengira penciptaan manusia hanyalah main-main saja, tetapi ada tujuan dibalik itu.


Beberapa ayat yang lain menjawab tersebut, antara lain :


وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ


Artinya :

"Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku"

وَمَا خَلَقْنَا السَّمَاء وَالْأَرْضَ وَمَا بَيْنَهُمَا بَاطِلًا ذَلِكَ ظَنُّ الَّذِينَ كَفَرُوا فَوَيْلٌ لِّلَّذِينَ كَفَرُوا مِنَ النَّارِ


 Artinya :

"Dan Kami tidak menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada antara keduanya tanpa hikmah. Yang demikian itu adalah anggapan orang-orang kafir, maka celakalah orang-orang kafir itu karena mereka akan masuk neraka"


Ayat-ayat diatas menjelaskan bahwa, Tuhan mempunyai tujuan dalam penciptaan manusia.


Dan jika Tuhan tidak mempunyai Tujuan, maka dapat dikatakan bahwa semua yang dilakukan Tuhan adalah sia-sia.



Bagaimana mungkin Tuhan tidak tahu apa yang dilakukanNYa?